Jakarta Setelah sempat diliburkan selama tiga hari
karena adanya insiden tawuran yang memakan korban jiwa, para siswa SMA
70 Jakarta hari ini kembali ke sekolah dan diwajibkan mengikuti upacara
bendera. Para siswa mengenakan pita hitam tanda berkabung di lengan.
Pantauan
detikcom di SMA 70, di Jl Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (1/10/2012),
para siswa SMA 70 mengikuti upacara bendera yang dimulai pada pukul
07.00 WIB. Dalam upacara ini, ada sejumlah tamu 'istimewa' yang hadir
dalam upacara yang dihadiri lebih dari 1.000 siswa dari kelas 1, 2 dan
3 ini.
Selain para siswa dan guru, turut hadir Kepala Dinas
Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto. Taufik didaulat sebagai pembina
upacara. Selain itu ada juga Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional
Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, dan beberapa wali murid SMA 70.
Dalam
upacara ini, seluruh siswa kompak mengenakan pita hitam di lengan
kanan. Pita semacam ini biasanya menunjukkan tanda berkabung.
Dalam
pidatonya di upacara, Taufik Yudi mengingatkan kepada para siswa SMA 70
agar senantiasa menjaga ketertiban, apalagi setelah terjadi tawuran
berdarah yang merenggut nyawa siswa SMA 6 Jakarta, Alawy. Seorang siswa
SMA 70 berinisial FT ditetapkan sebagai tersangka dalam insiden itu.
"Kalian
diliburkan kemarin, untuk menenangkan dan agar suasana kembali
kondusif. Semoga tidak ada Alawy-alawy yang lain. Belum kering tanah
makam Alawy sudah ada korban lain yakni Denny (siswa SMA Yayasan Karya
yang tewas dalam tawuran di Manggarai). Sangat ironis," papar Taufik.
"Jika
tidak ingin sekolah kalian dimerger atau dipindah, mari kita jaga
sama-sama. Jika ada tindakan-tindakan seperti kemarin, biarkan jalan
hukum yang diambil," sambung Taufik.
Tawuran SMA 70 vs SMA 6
Minggu, 30 September 2012
CCTV SMA 70
Awasi
Siswa, SMAN 70 Juga Andalkan CCTV
JAKARTA, KOMPAS.com - Komite
SMA Negeri 70 mengaku bahwa pihak sekolah tidak melakukan pembiaran terhadap
tawuran yang kerap berulang antara siswa sekolah tersebut dengan sejumlah
sekolah tetangganya. Ketua Komite SMA 70 Ricky Agustiady mengatakan, sekolah
justru sudah melakukan pengawasan, salah satunya melalui media CCTV berjaringan
internet sehingga keadaan sekolah dapat dipantau dari kejauhan.
"Kamera CCTV ini kalau Anda melihat pakai website bisa dipantau di 32 titik yang ada, waktunya realtime, bahkan dalam sebulan kita bisa rewind," ungkap Ricky di ruangannya, Jumat (28/9/2012).
Oleh karena itu, lanjutnya, pihak SMAN 70 merasa terpojok ketika salah satu siswanya diduga menyebabkan salah satu siswa SMAN 6 tewas dalam insiden tawuran di kawasan Bulungan, Senin (24/9/2012. Segenap orang tua juga tidak menginginkan kasus ini berulang kembali.
"Saya prihatin dengan keadaan ini, apalagi peristiwa ini menjadi besar karena sampai ada tragedi hilangnya nyawa manusia. Saya meyakini, tidak ada satu orang tua pun yang rela kehilangan anaknya. Demikian juga pelaku FR. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya jadi pelaku pembunuhan," katanya.
Ricky juga mengatakan akan ada gerakan mengedukasi orangtua atau wali murid untuk memberikan pemahaman informasi, serta pemahaman mengenai tragedi yang sedang berjalan mulai dari masalah sampai hal yang akan dilakukan nanti.
"Sekarang 1.200 siswa kami ketakutan. Psikis anak-anak saya terganggu, takut ada hujatan dan ada balasan. Kita kampanyekan kepada anak-anak untuk tidak ada pembalasan dan menghapus budaya tawuran ini," tandasnya,
"Kamera CCTV ini kalau Anda melihat pakai website bisa dipantau di 32 titik yang ada, waktunya realtime, bahkan dalam sebulan kita bisa rewind," ungkap Ricky di ruangannya, Jumat (28/9/2012).
Oleh karena itu, lanjutnya, pihak SMAN 70 merasa terpojok ketika salah satu siswanya diduga menyebabkan salah satu siswa SMAN 6 tewas dalam insiden tawuran di kawasan Bulungan, Senin (24/9/2012. Segenap orang tua juga tidak menginginkan kasus ini berulang kembali.
"Saya prihatin dengan keadaan ini, apalagi peristiwa ini menjadi besar karena sampai ada tragedi hilangnya nyawa manusia. Saya meyakini, tidak ada satu orang tua pun yang rela kehilangan anaknya. Demikian juga pelaku FR. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya jadi pelaku pembunuhan," katanya.
Ricky juga mengatakan akan ada gerakan mengedukasi orangtua atau wali murid untuk memberikan pemahaman informasi, serta pemahaman mengenai tragedi yang sedang berjalan mulai dari masalah sampai hal yang akan dilakukan nanti.
"Sekarang 1.200 siswa kami ketakutan. Psikis anak-anak saya terganggu, takut ada hujatan dan ada balasan. Kita kampanyekan kepada anak-anak untuk tidak ada pembalasan dan menghapus budaya tawuran ini," tandasnya,
FR Menyesal
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fitra Ramadani
(FR) alias Doyok (19) tersangka kasus pembacokan Alawy Yusianto Putra (15)
siswa SMAN 6 Jakarta mengakui perbuatannya. Ia pun menyesal.
"Dia mengakui dan menyesali perbuatannya," ujar
Kuasa hukum FR, Nazarudin Lubis di Mapolres Jakarta Selatan, Kamis (27/9/2012)
malam.
Lebih lanjut Nazarudin menuturkan bahwa FR sendiri terlihat
sangat syok dan bimbang saat memberikan keterangannya di depan penyidik.
Ia menuturkan saat ini kondisi FR masih tertekan dan dalam
keadaan yang tidak stabil atau bimbang,
"Kalau saya lihat keterangannya dia dalam kondisi
bimbang, anak seusia itu secara psikologis bimbang mau kemana, jadi dia pergi
menenangkan diri ke keluarga di Jogja," lanjutnya.
Pemeriksaan yang dilakukan saat ini, kata dia, baru sampai
tahap permulaan saja dan belum masuk materi. Nazarudin juga meminta kepada
penyidik, agar pemeriksaan terhadap FR tidak terlalu malam, karena tersangka
sendiri belum tidur sejak malam tadi karena tegang.
"Pemeriksaan hari ini baru permulaan saja, belum masuk
materi. Saya minta pemeriksaan ini juga jangan terlalu malam, karena tadi malam
dia juga tidak tidur, tegang, karena dampak psikologis," katanya.
Nazarudin menceritakan perihal kepergian FR ke Yogya ialah
hanya untuk menenangkan diri.
"Dia ditangkap saat sedang tidur di kos-kosan Ringroad
Utara, Condong Catur, Yogyakarta,"ujar dia.
Diliburkan
SMA 6 & SMA
70 Masih Diliburkan, Masuk Lagi Senin
Ganesha AlFath - detikNews
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman
Anda
Jakarta Siswa siswi SMA 70 dan
SMA 6 masih diliburkan menyusul tawuran pelajar yang menewaskan siswa SMA 6,
Alawy Yusianto Putra (15), di tangan siswa SMA 70
FT alias Doyok (19). Proses belajar mengajar baru aktif lagi Senin 1
Oktober 2012.
"Hari ini masih libur, masuk lagi besok Senin" kata Satpam SMA 6, Rahmat, kepada detikcom di SMA 6 Jakarta Jalan Mahakam, Kebayoran Baru, Jaksel, Jumat (28/9/2012).
Menurut Rahmat, siswa diliburkan sejak Selasa 25 September 2012 - 28 September 2012. Siswa masuk kembali untuk kegiatan belajar mengajar pada tanggal 1 Oktober 2012.
Keadaan SMA 6 sepi dan hanya ada 2 orang satpam piket. Kendati demikian tetap ada kegiatan di sekolah seperti pertemuan antara orang tua siswa kelas XII dengan guru dan walikelas.
"Hari ini ada rapat kegiatan-kegiatan sekolah semacam try out dan ulangan-ulangan gitu dari orang tua siswa kelas XII dengan guru-guru dan walikelas masing-masing karena memang sudah ada agenda sebelumnya," ujarnya.
Seperti halnya SMA 6, SMA 70 yang terletak tidak jauh dari SMA 6 juga diliburkan sejak 25-28 September 2012 dan masuk kembali Senin 1 Oktober 2012. Pantauan detikcom SMA 70 terlihat sepi dan lengang.
"Iya libur, dari hari Selasa kemarin, masuk lagi besok Senin" kata Satpam SMA 70, Muhamad Saprodi
Menurut Saprodi hari ini tidak ada kegiatan terkait belajar mengajar. Namun demikian, kata dia, memang ada anggota OSIS SMA 70 yang berkumpul. "Hari ini libur, tapi ada anak-anak OSIS pada kumpul" ujarnya.
FT alias Doyok akhirnya ditangkap di Yogyakarta. Ia bersembunyi di rumah Adi, Jalan Slawer Wetan, Sleman, Yogyakarta pada Rabu (26/9) malam. Doyok mengaku menyesal membunuh Alawy.
"Hari ini masih libur, masuk lagi besok Senin" kata Satpam SMA 6, Rahmat, kepada detikcom di SMA 6 Jakarta Jalan Mahakam, Kebayoran Baru, Jaksel, Jumat (28/9/2012).
Menurut Rahmat, siswa diliburkan sejak Selasa 25 September 2012 - 28 September 2012. Siswa masuk kembali untuk kegiatan belajar mengajar pada tanggal 1 Oktober 2012.
Keadaan SMA 6 sepi dan hanya ada 2 orang satpam piket. Kendati demikian tetap ada kegiatan di sekolah seperti pertemuan antara orang tua siswa kelas XII dengan guru dan walikelas.
"Hari ini ada rapat kegiatan-kegiatan sekolah semacam try out dan ulangan-ulangan gitu dari orang tua siswa kelas XII dengan guru-guru dan walikelas masing-masing karena memang sudah ada agenda sebelumnya," ujarnya.
Seperti halnya SMA 6, SMA 70 yang terletak tidak jauh dari SMA 6 juga diliburkan sejak 25-28 September 2012 dan masuk kembali Senin 1 Oktober 2012. Pantauan detikcom SMA 70 terlihat sepi dan lengang.
"Iya libur, dari hari Selasa kemarin, masuk lagi besok Senin" kata Satpam SMA 70, Muhamad Saprodi
Menurut Saprodi hari ini tidak ada kegiatan terkait belajar mengajar. Namun demikian, kata dia, memang ada anggota OSIS SMA 70 yang berkumpul. "Hari ini libur, tapi ada anak-anak OSIS pada kumpul" ujarnya.
FT alias Doyok akhirnya ditangkap di Yogyakarta. Ia bersembunyi di rumah Adi, Jalan Slawer Wetan, Sleman, Yogyakarta pada Rabu (26/9) malam. Doyok mengaku menyesal membunuh Alawy.
Tersangka Pembunuh Alawy Y telah tertangkap
JAKARTA: Setelah tertangkap di
Yogyakarta, FR, tersangka pembacokan murid SMAN 6 Jakarta, Alawy Yusianto
Putra, bakal dijerat pasal pembunuhan, karena pelaku bukan kategori anak-anak.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal
Polres Jakarta Selatan AKBP Hermawan mengutarakan bahwa dari investigasi awal
FR berusia 19 tahun, sehingga bukan kategori anak-anak. Polisi bakal menjerat
murid SMAN 70 itu pasal pidana umum.
"Pelaku itu si FR kelahiran
1993. Pelaku artinya sudah bukan anak-anak lagi. Dengan demikian, kami bisa
menggunakan pasal KUHP," ujarnya hari ini (Kamis 27/9/2012).
Dalam Undang-Undang Perlindungan
Anak, definisi anak-anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan.
Hermawan memastikan FR yang
ditangkap polisi memang murid SMAN 70, seperti yang sudah diberitakan selama
ini. FR ditangkap Tim Reskrim Polres Jakarta Selatan Rabu malam (26/9/2012), di
Yogyakarta, setelah dalam pelarian selama tiga hari.
FR dituduh melakukan pembunuhan
terhadap Alawy saat tawuran antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta. FR kabur
setelah melakukan penusukan Alawy pada Senin siang (24/09) di kawasan Bulungan,
Jakarta Selatan
Menurut keterangan kepolisian, FR
pernah memiliki catatan kriminal tawuran yang mengakibatkan nyawa melayang.
Namun, waktu itu gugatan dari
pelapor tanpa ada keterangan yang jelas. Selain itu, FR sempat tinggal kelas
dua kali. (sut)
Damai untuk SMA 70 degan SMA 6
JAKARTA - Akhirnya pihak
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memfasilitasi SMA 6 dan SMA 70 untuk
melakukan mediasi terkait aksi tawuran antara kedua siswa di sekolah tersebut
yang menelan satu korban jiwa beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim menuturkan bahwa dalam pertemuan
kali ini telah dilakukan penandatanganan kesepakatan antara kedua belah pihak.
"Nanti yang tanda tangan Kepala Sekolah, Komite Sekolah, OSIS,
Kepala Dinas, Kemdikbud yang diwakili oleh Pak Dirjen Pendidikan
Menengah," kata Kasim saat dimintai keterangan oleh wartawan di kantor
Kemendikbud, Jakarta, Jumat (28/9/2012).
Poin yang menjadi kesepakatan antara kedua belah pihak tersebut antara lain adalah melakukan peningkatan pendidikan misalnya pendidikan keagamaan, serta optimalisasi program ekstrakulikuler masing-masing sekolah.
Kesepakatan tersebut dibagi menjadi dua, yakni penanganan dalam jangka pendek yang berisi enam poin terutama terkait penanganan dini dari kasus tersebut, serta penanganan jangka pajang yang berisi delapan poin.
Berikut hasil kesepakatan antara SMA 6 dan SMA 70 yang difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kesimpulan/kesepakatan rapat bersama 28 september 2012 di Kemendikbud
A. Penanganan jangka pendek (sampai 1 bulan ke depan) yang harus dilakukan:
1. Menciptakan ketenangan dan kedamaian siswa dengan cara mengawal kegiatan siswa baik internal maupun eksternal sekolah dengan melibatkan aparat keamanan, alumni, dinas pendidikan, dan Kemendinbud, sebagai bentuk kepedulian agar siswa-siswa tidak ragu saat masuk sekolah.
2. Kegiatan yang sifatnya massal mohon dipikirkan kembali, kami merekomendasi untuk diundur sampai kondisi kondusif.
3. Mengaktifkan pos terpadu, menyiapkan cctv, piket, dan ikut patroli.
4. Melakukan kegiatan pembinaan untuk siswa-siswa yang berpotensi masalah, dengan kegiatan pembinaan seperti: ESQ, kegiatan khusus kerjasama yang melibatkan semua pihak, program pembela negara, perkuatan solidaritas.
5. Sekolah harus menerapkan disiplin internal masing-masing.
6. Meningkatkan peran POTK/WOTK kedua sekolah.
B. Penanganan jangka menengah:
1. Penguatan kualitas pendidikan agama, agar depet terimplementasikan secara riil.
2. Kepala sekolah beserta jajaran melakukan penguatan pendidikan karakter yang ditugaskan kepada semua guru, karena tugas pendidikan karakter untuk semua guru bukan untuk guru tertentu seperti guru BP, guru agama, dan guru PKN.
3. Perlu dilakukan pembinaan secara berjenjang mulai dari guru mata pelajaran, wali kelas, guru BK, wakil kepala sekolah, sehingga tidak ada pembiaran.
4. Penguatan kegiatan ekstrakulikuler sebagai sarana untuk mengekspresikan diri.
5. Program bersama, agar dilanjutkan dan diperkuat karena merupakan cara untuk menghilangkan sekat-sekat yang ada.
6. Walikota Jakarta Selatan diminta melakukan penataan lingkungan sekitar sekolah SMA 6 dan SMA 70.
7. Konsolidasi alumni, diharapkan ada komunikasi antara alumni senior dengan alumni junior, agar tidak terjadi intervensi kepada siswa-siswa yang lain.
8. Menciptakan budaya sekolah yang sehat, aman, nyaman, dan damai.
Poin yang menjadi kesepakatan antara kedua belah pihak tersebut antara lain adalah melakukan peningkatan pendidikan misalnya pendidikan keagamaan, serta optimalisasi program ekstrakulikuler masing-masing sekolah.
Kesepakatan tersebut dibagi menjadi dua, yakni penanganan dalam jangka pendek yang berisi enam poin terutama terkait penanganan dini dari kasus tersebut, serta penanganan jangka pajang yang berisi delapan poin.
Berikut hasil kesepakatan antara SMA 6 dan SMA 70 yang difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kesimpulan/kesepakatan rapat bersama 28 september 2012 di Kemendikbud
A. Penanganan jangka pendek (sampai 1 bulan ke depan) yang harus dilakukan:
1. Menciptakan ketenangan dan kedamaian siswa dengan cara mengawal kegiatan siswa baik internal maupun eksternal sekolah dengan melibatkan aparat keamanan, alumni, dinas pendidikan, dan Kemendinbud, sebagai bentuk kepedulian agar siswa-siswa tidak ragu saat masuk sekolah.
2. Kegiatan yang sifatnya massal mohon dipikirkan kembali, kami merekomendasi untuk diundur sampai kondisi kondusif.
3. Mengaktifkan pos terpadu, menyiapkan cctv, piket, dan ikut patroli.
4. Melakukan kegiatan pembinaan untuk siswa-siswa yang berpotensi masalah, dengan kegiatan pembinaan seperti: ESQ, kegiatan khusus kerjasama yang melibatkan semua pihak, program pembela negara, perkuatan solidaritas.
5. Sekolah harus menerapkan disiplin internal masing-masing.
6. Meningkatkan peran POTK/WOTK kedua sekolah.
B. Penanganan jangka menengah:
1. Penguatan kualitas pendidikan agama, agar depet terimplementasikan secara riil.
2. Kepala sekolah beserta jajaran melakukan penguatan pendidikan karakter yang ditugaskan kepada semua guru, karena tugas pendidikan karakter untuk semua guru bukan untuk guru tertentu seperti guru BP, guru agama, dan guru PKN.
3. Perlu dilakukan pembinaan secara berjenjang mulai dari guru mata pelajaran, wali kelas, guru BK, wakil kepala sekolah, sehingga tidak ada pembiaran.
4. Penguatan kegiatan ekstrakulikuler sebagai sarana untuk mengekspresikan diri.
5. Program bersama, agar dilanjutkan dan diperkuat karena merupakan cara untuk menghilangkan sekat-sekat yang ada.
6. Walikota Jakarta Selatan diminta melakukan penataan lingkungan sekitar sekolah SMA 6 dan SMA 70.
7. Konsolidasi alumni, diharapkan ada komunikasi antara alumni senior dengan alumni junior, agar tidak terjadi intervensi kepada siswa-siswa yang lain.
8. Menciptakan budaya sekolah yang sehat, aman, nyaman, dan damai.
Langganan:
Postingan (Atom)